Mengenal sistem kerja pelaksanaan jasa kontraktor bangunan, borong penuh, borong sebagian dan cost and fee (tusi)

Tak jarang kami menemui klien/pemilik bangunan yang masih kurang paham tentang bagaimana sistem kerja kontraktor bangunan. Biasanya kita mengenal 3 macam cara kerja pelaksanaan, yaitu borong penuh, borong sebagian dan cost and fee (di Bandung kalau di lapangan biasanya disebut Tusi). Mari kita coba bahas satu persatu.
Cara kerja kontraktor / sistem pembayaran proyek
1. Borong penuh
Pada sistem ini, maksudnya semua pekerjaannya dihitung secara lumpsum, total keseluruhan dengan harga yang tetap.
Misal bangun rumah, dari awal hingga selesai butuhnya 100 juta. Apabila harga, lama waktu pengerjaan dan termin pembayaran sudah disepakati antara kedua belah pihak maka pekerjaan bisa mulai dilaksanakan. Pada sistem ini kontraktor diberi kuasa penuh untuk mengatur arus kas dan pembelanjaan, juga pengolahan teknis pelaksanaannya di lapangan.
Apakah dari harga tadi kontraktor bisa menghemat atau tekor itu semua urusan kontraktor. Dalam hal ini, adalah dapur kontraktor dan biasanya dirahasiakan.
Sistem ini kerap dipilih ketika yang dibutuhkan adalah kecepatan dan anggaran yang terbatas, kekurangannya biasanya di kualitas kerapihan bangunannya, karena pengerjaannya biasanya cepat-cepat diburu waktu.
2. Borong sebagian
Sistem ini berusaha ada ditengah antara borong penuh dan Tusi. Item pekerjaan yang diborong tidak semuanya, tetapi beberapa item tertentu, pokoknya asal disepakati oleh kedua belah pihak, sisanya nanti dengan sistem cost and fee.
Biasanya borongannya untuk pekerjaan yang dalam kategori struktur, yaitu dari mulai pondasi, balok, kolom dan bisa saja hingga selesai acian dinding (bebas saja, kembali terserah kesepakatan). Nanti penyelesaian (finishing) cost and fee, misal penutup lantai, sanitari, cat, kusen semuanya dipilih bebas oleh klien lalu dari harganya pihak kontraktor bangunan meminta jasa, biasanya dalam bentuk prosentase.
Dipilihnya sistem ini apabila anggaran klien biasanya nanggung, tetapi gimana caranya agar finishing bisa tetap rapih. Maka untuk pekerjaan yang berkategori struktur – karena tidak kelihatan dan nantinya akan tertutup maka tidak dituntut kerapihan sekelas finishing akhir. Sedangkan untuk finishing, karena ingin rapih maka dipilih cost and fee.
Upah kerja tukang dihitung harian, tidak bisa ngebut, tetapi lebih rapih, juga karena belanja material bisa diawasi klien maka materialnya pun lebih terjamin.
3. Cost and fee/sistem tusi
Tusi ini dipilih apabila kerapihan dan kualitas menjadi prioritas, dan harus didukung dengan dana yang cukup.
Pada sistem ini, klien diperbolehkan belanja material sendiri, namun biasanya klien sibuk dan tidak bisa mengejar jadwal belanja lapangan sehingga titip ke kontraktor. Nanti bon dan segala bukti belanja diserahkan/diperlihatkan kepada klien.
Sistem ini adalah sistem terbuka, semua harga, belanja, upah dan biaya dibuka dan dilaporkan, sehingga belanja materialnya pun terjamin. Hanya saja pada sistem ini biayanya bersifat ‘hidup’, ongkos pelaksaan tidak bisa dipatok, tapi ikut naik turun, bebas sesuai biaya yang terjadi. Fee nya biasanya dipasaran 10%, untuk beberapa kasus yang bangunan rumahnya sulit, bisa mencapai 15%. Misal, upah, belanja material, dll dsb habisnya 100 juta, jasa 10% maka totalnya adalah 100 + 10 yaitu 110 juta.
Menangnya sistem tusi ini di kualitas dan kerapihan, kalahnya di waktu, pasti lebih lama dari sistem borong. Tetapi semakin rumit suatu bangunan rumah tinggal, biasanya pasti menggunakan sistem tusi ini, apalagi untuk karya dari arsitek papan atas, malah arsiteknya sendiri yang biasanya ‘mensyaratkan’ agar kliennya memakai sistem tusi kepada kontraktornya.
Kami pribadi, sejauh ini, kalau boleh memilih, maka lebih senang menggunakan sistem cost and fee, karena bekerjanya menjadi lebih tenang dan biasanya kualitasnya menjadi lebih terjamin.
Sistem kerja kontraktor lainnya, borong jasa.
Sistem ini akan efektif apabila hubungannya langsung dengan mandor atau kepala tukang, dan bangunan yang dikerjakan tidak terlalu rumit.
Bila sistem ini dimintakan kepada kontraktor, belum tentu anggarannya cukup, karena kontraktor masih membawahi pelaksana, mandor, kepala tukang dll. Sedangkan pada borong jasa ini, biasanya langsung dari mandor atau kepala tukang ke tukangnya (struktur organisasinya ramping/pendek).
kelebihannya anggaran bisa lebih ditekan, kekurangannya biasanya pemilik rumah harus rajin mengawasi dan menunggu proyeknya (diurus sendiri tidak di delegasikan).
Demikian info mengenai tata cara sistem kerja jasa kontraktor bangunan dari kami, semoga bisa memberi pencerahan bagi anda semua.
Jasa Kontraktor Bangunan Bandung
Bagi anda yang sedang mencari jasa kontraktor di Bandung jangan ragu untuk menghubungi kami, atau bila anda ingin mengetahui lebih jauh tentang kami dapat membuka halaman profil CGA.
CGA, jasa kontraktor bangunan di Bandung, menerima sistem cost and fee dan borongan.